
Keragaman Peserta Didik

Penerapan Keragaman Peserta Didik

Pada gambar dijelaskan dalam RPP, guru membagi beberapa materi sesuai dengan gaya belajar peserta didik kemudian menyesuaikan nya dengan materi yang diajarkan agar setiap peserta didik memahami materi sesuai dengan gaya belajar mereka
Keberagaman (diversity) merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Keberagaman peserta didik di kelas merupakan aspek yang harus dipahami oleh setiap guru. Bahwa tidak ada peserta didik yang memiliki karakteristik yang sama. Kebutuhan belajar dari setiap peserta didik berbeda-beda. Hal tersebut terkait erat dengan faktor eksternal maupun internal mereka. Keragaman peserta didik dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk dalam hal latar belakang budaya, suku bangsa, agama, kemampuan akademis, gaya belajar, minat, dan lain-lain.
Gaya Belajar
Berdasarkan penjelasan dari dosen dan sumber bacaan yang telah diberikan pada MK PPDP, adapun pemahaman yang saya dapat terkait gaya belajar peserta didik yaitu gaya belajar merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Gaya belajar tersebut dikelompokkan menjadi empat yaitu : Visual, Auditory, Kinestetik, serta Reading & Writing (Febriani, 2023).
Visual (Gaya Belajar Visual) : Individu dengan gaya belajar visual cenderung lebih suka memproses informasi melalui gambar, grafik, diagram, dan ilustrasi. Karakteristik mereka yaitu dapat lebih baik memahami dan mengingat informasi ketika diberikan visualisasi, seperti presentasi visual, peta konsep, atau diagram.
Auditory (Gaya Belajar Auditori) : Individu dengan gaya belajar auditori lebih suka memproses informasi melalui pendengaran dan suara. Karakteristik mereka seperti lebih senang mendengarkan guru menjelaskan materi, diskusi, atau rekaman audio dapat membantu mereka memahami dan mengingat informasi dengan lebih baik. Mereka juga mungkin suka berbicara atau mendengarkan diri mereka sendiri saat mempelajari sesuatu.
Reading & Writing (Gaya Belajar Membaca & Menulis) : Individu dengan gaya belajar membaca dan menulis lebih suka memproses informasi melalui teks tertulis. Karakteristik mereka cenderung efektif dalam membaca buku, artikel, atau materi tertulis lainnya. Menulis catatan, merangkum informasi, atau membuat esai juga merupakan cara yang efektif bagi mereka untuk memahami dan mengingat informasi.
Kinesthetic (Gaya Belajar Kinestetik) : Individu dengan gaya belajar kinestetik lebih suka memproses informasi melalui pengalaman fisik dan gerakan tubuh. Karakteristik mereka dapat lebih baik memahami konsep melalui percobaan praktis, simulasi, atau kegiatan fisik. Aktivitas fisik, seperti menggambar, memanipulasi objek, atau berpartisipasi dalam simulasi, dapat meningkatkan pemahaman mereka.
Social
Status sosial seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi penghambat peserta didik dalam belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak diskriminatif.
Anak usia dini
Pada anak usia dini mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Pada masa remaja
Peserta didik pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Hal ini akan dapat mempengaruhi sikap seseorang tersebut, contohnya apabila seseorang remaja memiliki kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Pada masa dewasa
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan, dan hidup berkeluarga.
Budaya
Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam proses pembelajaran ini pendidik dapat menerapkan pendidikan multikultural. Sehingga, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu menyikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya.

Keragaman Peserta Didik

Penerapan Keragaman Peserta Didik

Pada gambar dijelaskan dalam RPP, guru membagi beberapa materi sesuai dengan gaya belajar peserta didik kemudian menyesuaikan nya dengan materi yang diajarkan agar setiap peserta didik memahami materi sesuai dengan gaya belajar mereka
Keberagaman (diversity) merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Keberagaman peserta didik di kelas merupakan aspek yang harus dipahami oleh setiap guru. Bahwa tidak ada peserta didik yang memiliki karakteristik yang sama. Kebutuhan belajar dari setiap peserta didik berbeda-beda. Hal tersebut terkait erat dengan faktor eksternal maupun internal mereka. Keragaman peserta didik dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk dalam hal latar belakang budaya, suku bangsa, agama, kemampuan akademis, gaya belajar, minat, dan lain-lain.
Gaya Belajar
Berdasarkan penjelasan dari dosen dan sumber bacaan yang telah diberikan pada MK PPDP, adapun pemahaman yang saya dapat terkait gaya belajar peserta didik yaitu gaya belajar merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Gaya belajar tersebut dikelompokkan menjadi empat yaitu : Visual, Auditory, Kinestetik, serta Reading & Writing (Febriani, 2023).
Visual (Gaya Belajar Visual) : Individu dengan gaya belajar visual cenderung lebih suka memproses informasi melalui gambar, grafik, diagram, dan ilustrasi. Karakteristik mereka yaitu dapat lebih baik memahami dan mengingat informasi ketika diberikan visualisasi, seperti presentasi visual, peta konsep, atau diagram.
Auditory (Gaya Belajar Auditori) : Individu dengan gaya belajar auditori lebih suka memproses informasi melalui pendengaran dan suara. Karakteristik mereka seperti lebih senang mendengarkan guru menjelaskan materi, diskusi, atau rekaman audio dapat membantu mereka memahami dan mengingat informasi dengan lebih baik. Mereka juga mungkin suka berbicara atau mendengarkan diri mereka sendiri saat mempelajari sesuatu.
Reading & Writing (Gaya Belajar Membaca & Menulis) : Individu dengan gaya belajar membaca dan menulis lebih suka memproses informasi melalui teks tertulis. Karakteristik mereka cenderung efektif dalam membaca buku, artikel, atau materi tertulis lainnya. Menulis catatan, merangkum informasi, atau membuat esai juga merupakan cara yang efektif bagi mereka untuk memahami dan mengingat informasi.
Kinesthetic (Gaya Belajar Kinestetik) : Individu dengan gaya belajar kinestetik lebih suka memproses informasi melalui pengalaman fisik dan gerakan tubuh. Karakteristik mereka dapat lebih baik memahami konsep melalui percobaan praktis, simulasi, atau kegiatan fisik. Aktivitas fisik, seperti menggambar, memanipulasi objek, atau berpartisipasi dalam simulasi, dapat meningkatkan pemahaman mereka.
Social
Status sosial seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi penghambat peserta didik dalam belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak diskriminatif.
Anak usia dini
Pada anak usia dini mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Pada masa remaja
Peserta didik pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Hal ini akan dapat mempengaruhi sikap seseorang tersebut, contohnya apabila seseorang remaja memiliki kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Pada masa dewasa
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan, dan hidup berkeluarga.
Budaya
Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam proses pembelajaran ini pendidik dapat menerapkan pendidikan multikultural. Sehingga, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu menyikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya.
