Taksonomi Bloom

Penerapan Bloom Taxonomy

Pada gambar dijelaskan pengaplikasian Taxonomy Bloom dalam membuat tujuan Pembelajaran menggunakan rumus ABCD serta menggunakan KKO Revisi Taxonomy Bloom.

C4 merupakan tahap analisis yang mana peserta didik diharapkan bisa menjelaskan sesuatu

C5 merupakan tahap evaluasi yang mana ketika peserta didik dapat mengavulasi sesuatu maka mereka dapat menerapkannya.

C6 merupakan tahap Mencipta yang mana peserta didik diharapkan sudah bisa membuat sesuatu dari materi yang diajarkan.

Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka). Saat ini dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang diberi nama menurut penciptanya, misalnya: Bloom; Merill dan Gagne (kognitif); Krathwohl, Martin & Briggs, dan Gagne (afektif); dan Dave, Simpson dan Gagne (psikomotor).

Taksonomi Bloom memusatkan perhatiannya pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Adapun pengertian dari masing-masing ranah adalah kognitif atau dapat disebut dengan kapabilitas intelektual yang memiliki arti sama dengan pengetahuan, mengetahui, berpikir atau intelek. Afektif semakna dengan perasaan, emosi, dan perilaku, yang terkait dengan perilaku menyikapi, bersikap atau merasa, dan merasakan. Psikomotor semakna sebuah dengan aturan dan keterampilan fisik, terampil dan melakukan.

Satu hal yang penting dalam taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya. Penting pula diingat bahwa tidak terdapat batas yang jelas antara ranah yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, misalnya rumusan tujuannya dalam ranah kognitif penerapan (application); tetapi seringkali tujuan kognitif ini disertai praktik yang memerlukan keterampilan motorik, demikian pula, misalnya pada rumusan tujuan instruksional dalam ranah kognitif yang perilakunya memilih, sudah terkait pula 100 ranah afektif (sikap hati). Melakukan perumusan tujuan berdasarkan ranah, selalu dipilih yang mana yang lebih dominan.

Ranah Kognitif

Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks), ialah:

  1. Pengetahuan (Knowledge ) / C – 1

    Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur atau setting. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) pengetahuan tentang hal-hal pokok; (2) pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok; dan (3) pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi. Pengetahuan tentang hal-hal pokok yaitu mengingat kembali hal-hal yang spesifik, enekanannya pada simbol-simbol dari acuan yang konkret. Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus.

  2. Pemahaman (Comprehension) / C – 2

    Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan bahan lain.

    Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan kondisi suatu fenomena pada awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan yang eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam suatu karya sastra.

  3. Penerapan (Application) / C – 3

    Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai situasi. Sebagai contoh: agar teh dalam gelas cepat mendingin, maka tutup gelas harus dibuka (bidang fisika), orang perlu menyirami tanaman agar tidak layu (bidang biologi); dan jari yang terlukai harus diberi obat merah (bidang kesehatan).

  4. Analisis (Analysis) / C – 4

    Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide (pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide lebih eksplisit. Analisis merupakan memecahkan suatu isi komunikasi menjadi elemen-elemen sehingga hierarki ide-idenya menjadi jelas. Kategori analisis dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen dari suatu komunikasi; (2) analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi antara elemen-elemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi; dan (3) analisis prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan struktur yang membentuk suatu komunikasi.

  5. Sintesis (Synthesis) / C – 5

    Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan. Sintesis bersangkutan dengan penyusunan bagian- 102 EVALUASI Mengkritik Menilai Menafsirkan SINTESIS Merangkai Merancang Mengatur ANALISIS Memilah Membedakan Membagi PENERAPAN Menghitung Membuktikan Melengkapi PEMAHAMAN Menerangkan Menjelaskan Merangkum PENGETAHUAN engingat Menghafal Menyebut EVALUASI Mengkritik Menilai Menafsirkan SINTESIS Merangkai Merancang Mengatur ANALISIS Memilah Membedakan Membagi PENERAPAN Menghitung Membuktikan Melengkapi PEMAHAMAN Menerangkan Menjelaskan Merangkum PENGETAHUAN Mengingat Menghafal Menyebut bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu keseluruhan atau kesatuan yang sebelumnya tidak tampak jelas. Kategori sintesis dibedakan menjadi tiga yakni: (1) penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan komunikasi yang di dalamnya penulis atau pembicara berusaha mengemukakan ide, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain; (2) penciptaan rencana yaitu penciptaan rencana kerja atau proposal operasi; dan (3) penciptaan rangkaian hubungan abstrak yaitu membuat rangkaian hubungan abstrak untuk mengklasifikasikan data tertentu.

  6. Evaluasi (Evaluation) / C – 6

    Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan tertentu. Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolok ukur tertentu. Kategori evaluasi dibedakan menjadi dua, yakni: (1) evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika, konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan kriteria yang ditetapkan atau diingat, misalnya membandingkan teori-teori, generalisasi- generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang kebudayaan tertentu.


    Ranah Afektif

    Ranah afektif diperoleh dari suatu proses dan hasil belajar yang menekankan pada bagaimana peseta didik dalam bersikap dan bertingkah laku di dalam lingkungannya.  Pembelajaran ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari bagian, yakni: penerimaan, partisipasi dan menanggapi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan karakterisasi. 

    1. Penerimaan (Receiving/Attending) 

      Kepekaan akan adanya stimulus yang datang dalam bentuk keinginan menerima dan memperhatikan terhadap fenomena yang terjadi berdasarkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi.

    2. Partisipasi dan Menanggapi (Partisipation and Responding) 

      Peserta didik memerhatikan, menanggapi, dan berpartisipasi secara aktif dalam melakukan suatu aktivitas yang didasari persetujuan, keinginan, dan tanggapan.

    3. Penilaian (Valuing) atau Penentuan Sikap 

      Memberikan penilaian atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila seorang peserta didik tidak mengerjakan kegiatan tersebut, maka tidak akan mendapat nilai dan dirasa akan membawa kerugian dan penyesalan. Penilaian tersebut dapat dibentuk melalui suatu sikap dan perkataan atau perbuatan.

    4. Organisasi (Organization) 

      Mengorganisasikan nilai-nilai yang relevan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan ke dalam satu sistem didasarkan pada saling hubungan antar nilai sehingga membentuk nilai baru yang lebih universal yang membawa pada perbaikan umum.

    5. Karakterisasi (Characterization) 

      Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik yang dapat mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya secara terorganisasi dan konsisten. Karakterisasi juga disebut dengan pembentukan pola hidup yang dijadikan pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya. Karakterisasi mengajarkan peserta didik untuk menunjukkan kerajinan, ketelitian, dan disiplin dalam kehidupan pribadinya.

Ranah Psikomotor

Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan peserta didik, yang merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal ini menjadi sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan komprehensif, memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.

  1. Meniru

    Kemampuan untuk meniru atau mencontoh gerakan atau tindakan yang telah diperlihatkan oleh orang lain dengan menafsirkan rangsangan (stimulus).

  2. Memanipulasi

    Kemampuan menempatkan diri peserta didik baik mental, fisik, maupun emosi perasaan dalam keadaan akan memulai suatu tindakan atau rangkaian gerakan. 

  3. Presisi

    Kemampuan menggerakkan atau melakukan sesuatu dengan mengikuti model atau contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh dengan meniru model tersebut sampai dapat menguasai dengan benar gerakan tersebut dengan akurasi dan ketepatan tinggi, terutama dalam tugas yang memerlukan kehalusan atau detail.

  4. Artikulasi

    Kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan motorik yang menuntut pola tertentu, terdiri atas beberapa komponen dengan tingkat kecermatan, kelancaran, ketepatan, dan efisiensi yang tinggi.

  5. Naturalisasi

    Kemampuan untuk Menghasilkan karya cipta dan melakukan sesuatu dengan ketepatan tinggi.

Taksonomi bloom mengalami dua kali perubahan yaitu taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan Taksonomi bloom revisi atau taksonomi terbaru oleh Andreson dan KartWohl

Taksonomi Bloom

Penerapan Bloom Taxonomy

Pada gambar dijelaskan pengaplikasian Taxonomy Bloom dalam membuat tujuan Pembelajaran menggunakan rumus ABCD serta menggunakan KKO Revisi Taxonomy Bloom.

C4 merupakan tahap analisis yang mana peserta didik diharapkan bisa menjelaskan sesuatu

C5 merupakan tahap evaluasi yang mana ketika peserta didik dapat mengavulasi sesuatu maka mereka dapat menerapkannya.

C6 merupakan tahap Mencipta yang mana peserta didik diharapkan sudah bisa membuat sesuatu dari materi yang diajarkan.

Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka). Saat ini dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang diberi nama menurut penciptanya, misalnya: Bloom; Merill dan Gagne (kognitif); Krathwohl, Martin & Briggs, dan Gagne (afektif); dan Dave, Simpson dan Gagne (psikomotor).

Taksonomi Bloom memusatkan perhatiannya pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Adapun pengertian dari masing-masing ranah adalah kognitif atau dapat disebut dengan kapabilitas intelektual yang memiliki arti sama dengan pengetahuan, mengetahui, berpikir atau intelek. Afektif semakna dengan perasaan, emosi, dan perilaku, yang terkait dengan perilaku menyikapi, bersikap atau merasa, dan merasakan. Psikomotor semakna sebuah dengan aturan dan keterampilan fisik, terampil dan melakukan.

Satu hal yang penting dalam taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya. Penting pula diingat bahwa tidak terdapat batas yang jelas antara ranah yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, misalnya rumusan tujuannya dalam ranah kognitif penerapan (application); tetapi seringkali tujuan kognitif ini disertai praktik yang memerlukan keterampilan motorik, demikian pula, misalnya pada rumusan tujuan instruksional dalam ranah kognitif yang perilakunya memilih, sudah terkait pula 100 ranah afektif (sikap hati). Melakukan perumusan tujuan berdasarkan ranah, selalu dipilih yang mana yang lebih dominan.

Ranah Kognitif

Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks), ialah:

  1. Pengetahuan (Knowledge ) / C – 1

    Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur atau setting. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) pengetahuan tentang hal-hal pokok; (2) pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok; dan (3) pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi. Pengetahuan tentang hal-hal pokok yaitu mengingat kembali hal-hal yang spesifik, enekanannya pada simbol-simbol dari acuan yang konkret. Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus.

  2. Pemahaman (Comprehension) / C – 2

    Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan bahan lain.

    Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan kondisi suatu fenomena pada awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan yang eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam suatu karya sastra.

  3. Penerapan (Application) / C – 3

    Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai situasi. Sebagai contoh: agar teh dalam gelas cepat mendingin, maka tutup gelas harus dibuka (bidang fisika), orang perlu menyirami tanaman agar tidak layu (bidang biologi); dan jari yang terlukai harus diberi obat merah (bidang kesehatan).

  4. Analisis (Analysis) / C – 4

    Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide (pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide lebih eksplisit. Analisis merupakan memecahkan suatu isi komunikasi menjadi elemen-elemen sehingga hierarki ide-idenya menjadi jelas. Kategori analisis dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen dari suatu komunikasi; (2) analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi antara elemen-elemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi; dan (3) analisis prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan struktur yang membentuk suatu komunikasi.

  5. Sintesis (Synthesis) / C – 5

    Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan. Sintesis bersangkutan dengan penyusunan bagian- 102 EVALUASI Mengkritik Menilai Menafsirkan SINTESIS Merangkai Merancang Mengatur ANALISIS Memilah Membedakan Membagi PENERAPAN Menghitung Membuktikan Melengkapi PEMAHAMAN Menerangkan Menjelaskan Merangkum PENGETAHUAN engingat Menghafal Menyebut EVALUASI Mengkritik Menilai Menafsirkan SINTESIS Merangkai Merancang Mengatur ANALISIS Memilah Membedakan Membagi PENERAPAN Menghitung Membuktikan Melengkapi PEMAHAMAN Menerangkan Menjelaskan Merangkum PENGETAHUAN Mengingat Menghafal Menyebut bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu keseluruhan atau kesatuan yang sebelumnya tidak tampak jelas. Kategori sintesis dibedakan menjadi tiga yakni: (1) penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan komunikasi yang di dalamnya penulis atau pembicara berusaha mengemukakan ide, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain; (2) penciptaan rencana yaitu penciptaan rencana kerja atau proposal operasi; dan (3) penciptaan rangkaian hubungan abstrak yaitu membuat rangkaian hubungan abstrak untuk mengklasifikasikan data tertentu.

  6. Evaluasi (Evaluation) / C – 6

    Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan tertentu. Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolok ukur tertentu. Kategori evaluasi dibedakan menjadi dua, yakni: (1) evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika, konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan kriteria yang ditetapkan atau diingat, misalnya membandingkan teori-teori, generalisasi- generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang kebudayaan tertentu.


    Ranah Afektif

    Ranah afektif diperoleh dari suatu proses dan hasil belajar yang menekankan pada bagaimana peseta didik dalam bersikap dan bertingkah laku di dalam lingkungannya.  Pembelajaran ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari bagian, yakni: penerimaan, partisipasi dan menanggapi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan karakterisasi. 

    1. Penerimaan (Receiving/Attending) 

      Kepekaan akan adanya stimulus yang datang dalam bentuk keinginan menerima dan memperhatikan terhadap fenomena yang terjadi berdasarkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi.

    2. Partisipasi dan Menanggapi (Partisipation and Responding) 

      Peserta didik memerhatikan, menanggapi, dan berpartisipasi secara aktif dalam melakukan suatu aktivitas yang didasari persetujuan, keinginan, dan tanggapan.

    3. Penilaian (Valuing) atau Penentuan Sikap 

      Memberikan penilaian atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila seorang peserta didik tidak mengerjakan kegiatan tersebut, maka tidak akan mendapat nilai dan dirasa akan membawa kerugian dan penyesalan. Penilaian tersebut dapat dibentuk melalui suatu sikap dan perkataan atau perbuatan.

    4. Organisasi (Organization) 

      Mengorganisasikan nilai-nilai yang relevan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan ke dalam satu sistem didasarkan pada saling hubungan antar nilai sehingga membentuk nilai baru yang lebih universal yang membawa pada perbaikan umum.

    5. Karakterisasi (Characterization) 

      Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik yang dapat mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya secara terorganisasi dan konsisten. Karakterisasi juga disebut dengan pembentukan pola hidup yang dijadikan pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya. Karakterisasi mengajarkan peserta didik untuk menunjukkan kerajinan, ketelitian, dan disiplin dalam kehidupan pribadinya.

Ranah Psikomotor

Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan peserta didik, yang merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal ini menjadi sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan komprehensif, memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.

  1. Meniru

    Kemampuan untuk meniru atau mencontoh gerakan atau tindakan yang telah diperlihatkan oleh orang lain dengan menafsirkan rangsangan (stimulus).

  2. Memanipulasi

    Kemampuan menempatkan diri peserta didik baik mental, fisik, maupun emosi perasaan dalam keadaan akan memulai suatu tindakan atau rangkaian gerakan. 

  3. Presisi

    Kemampuan menggerakkan atau melakukan sesuatu dengan mengikuti model atau contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh dengan meniru model tersebut sampai dapat menguasai dengan benar gerakan tersebut dengan akurasi dan ketepatan tinggi, terutama dalam tugas yang memerlukan kehalusan atau detail.

  4. Artikulasi

    Kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan motorik yang menuntut pola tertentu, terdiri atas beberapa komponen dengan tingkat kecermatan, kelancaran, ketepatan, dan efisiensi yang tinggi.

  5. Naturalisasi

    Kemampuan untuk Menghasilkan karya cipta dan melakukan sesuatu dengan ketepatan tinggi.

Taksonomi bloom mengalami dua kali perubahan yaitu taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan Taksonomi bloom revisi atau taksonomi terbaru oleh Andreson dan KartWohl